Jurnal V0l.22 N0.2 Juli 2011
Jurnal Terakreditasi SK Dikti N0.83/DIKTI/Kep/2009
Jurnal Terakreditasi SK Dikti N0.83/DIKTI/Kep/2009
Mitologi Kekuatan dalam Teologi Masyarakat Banjar
Lama
(Dekonstruksi Islam atas Teologi Kultur Masyarakat
Banjar)
Oleh. H.A.Sukris Sarmadi *
Mitologi
Kekuatan dalam Teologi Masyarakat Banjar Lama (pahuluan) yang sudah mengakar
dalam masyarakat ini ternyata dapat digantikan dengan teologi Islam. Meskipun
dekontruksi teologi Islam terhadap mitologi kekuatan masyarakat Banjar lama
masih terlihat tidak sempurna, pola tertentu masih hidup, namun secara nyata
telah terjadi penghapusan dan pergantian dalam teologi Islam. Pengaruh Islam
sudah sangat mendasar dalam teologi dalam masyarakat Banjar kini. Bahkan
terlihat sudah menjadi tradisi dalam masyarakat. Padahal suatu mitologi
kekuatan pada suatu masyarakat sangat sulit tergantikan kecuali dengan mitologi
baru yang lebih kuat dan dapat dibuktikan kemampuannya. Dalam konteks ini,
aktivitas santri Islam sudah mampu menggantikannya dengan cara tersendiri
sehingga menjadi tradisi baru bagi masyarakat Banjar Islam di wilayah ini.
Kata kunci : Mitologi, Kekuatan,
teologi, masyarakat Banjar, dekontruksi
A.
Pendahuluan
Suku Banjar dalam tulisan
ini adalah masyarakat lama yang mendiami wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.
Beberapa tulisan terhadapnya menunjuk adanya kesamaan dengan penduduk Melayu
Sumatera yang sudah tercampur dengan masyarakat asli daerah. Para penulis menyebutnya
dengan suku Dayak. Hingga sekarang suku tersebut masih ada dan terkonsentrasi
pada masyarakat daerah wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Dayak KalTeng) dan wilayah
Provinsi Kalimantan Timur (Dayak KalTim). Kadang disebut pula dengan sebutan
Dayak Banjar. Untuk sebutan terakhir ini, banyak referensi merujuk pada hasil
penelitian Alfani Daud. Dalam laporan penelitiannya beliau mengatakan bahwa
setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasanya dinamakan
secara umum sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan
belakangan, terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar)
Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar Kuala.[1]
Orang Pahuluan pada
dasarnya ialah penduduk yang mendiami daerah lembah sungai-sungai (cabang
sungai Negara) yang berhulu ke Pegunungan Meratus. Mereka berdarah campuran
Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri kelompok). Sedangkan orang Batang Banyu
mendiami lembah sungai Negara, berdasah campuran Melayu, Maanyan, Lawangan,
Bukit dan Jawa (Maanyan sebagai ciri kelompok). Adapun orang Banjar (Kuala)
mendiami daerah sekitar Banjarmasin (dan Martapura) berdarah campuran Melayu,
Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maanyan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai
ciri kelompok). Menurut Tim Haeda[2] secara sosio-historis
masyarakat Banjar adalah kelompok sosial heterogen yang terkonfigurasi dari
berbagai sukubangsa dan ras yang selama ratusan tahun telah menjalin kehidupan
bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya,
kelompok sosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidak
sepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang cukup kompleks.
Menurut Idwar Saleh[3] bahwa lanjutan dari
kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju,
Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526
didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah bercampur unsur Melayu,
Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam,
berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam
keraton....Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu
tidak ada, yang ada adalah group atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar
Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan. Yang pertama tinggal
di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura. Yang kedua tinggal di
sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua.
Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari.
Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang
Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal
dari kesatuan-etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih
beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan
Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya".
Sementara itu, Nama
Banjar diperoleh dikarenakan adanya kerajaan Banjar di daerah ini sebelum
dihapuskan pada tahun 1860 oleh Belanda. Sesuai nama ibu kotanya yaitu Banjar
atau Kesultanan Banjarmasin. Sedangkan bahasa bagi suku Banjar adalah bahasa
Melayu yang berbeda dengan bahasa Dayak. Meski dalam kosa kata bahasa Banjar
selain di pengaruhi bahasa Sumatera dan Dayak juga di pengaruhi bahasa Jawa
dikarenakan pernah terjadinya hubungan baik Kesultanan Banjar dengan Demak
(Jawa).
Mitologi kekuatan dalam
masyarakat Banjar sering dikaitkan dengan sisa-sisa kepercayaan agama lama
sebelum Islam datang. Agama lama sering disebut dengan agama Kaharingan. Agama
ini hingga sekarang masih dianut di pedalaman Kalimantan (penduduk bukit).
Sejarah Banjar sendiri diakui sebelum masuknya Islam adalah masyarakat Hindu
dengan dibuktikan ditemukannya berbagai peninggalan lama. Tidak heran, penduduk
dalam Banjar kuala lebih sering menyebut agama bukit (penduduk yang mengisi
pada lereng pegunungan Meratus) adalah Hindu Kaharingan. Dalam kompleksitas
mitologi kekuatan hingga sekarang terjadi berbagai campuran yang ada dalam
masyarakat Banjar. Mungkin dipengaruhi oleh subsuku seperti Banjar Pahuluan,
Banjar Batang Banyu dan Banjar Kuala. Meskipun Islam telah datang pada
masyarakat ini dan mulai mendekonstruksi teologi masyarakat lama hingga
sekarang mitologi masih terlihat hidup bahkan menempel pada ajaran Islam kultur
di daerah ini.
B. Mitologi Kekuatan Masyarakat
Banjar Lama
Sebutan Masyarakat Banjar
Lama dalam tulisan ini hanya untuk membedakan dengan pengaruh masuknya Islam
dalam masyarakat Banjar. Corak mitologi kekuatan yang ada diakui masih diyakini
sebagian masyarakat Banjar hingga sekarang oleh sisa teologi keagamaan lama
sebelum Islam datang.
Beberapa bagian yang
masih dianggap penting oleh masyarakat hingga sekarang dipergunakan, sbb :
1. Kekuatan Mantra
Salah satu mitologi
kekuatan yang masih tersisa dalam kultur Banjar adalah mantra (magic word).
Dalam konsep ini, Suku Banjar mengenal sastra lisan dalam bentuk mantra yang
dimaksudkan untuk memperoleh suatu kekuatan yang dapat menguntungkan bagi orang
yang membacanya. Misalnya munculnya mantra menyadap nira, mantra menangkap
buaya, mantra mengambil madu, mantra menjinakkan ular, mantra bisik semar,
mantra untuk mempercantik wanita, mantra pembungkam, dan mantra yang cukup
menakutkan namanya yaitu mantra kata mayat.[4]
Mantra diperoleh dari
tatuha kampung, suhu. Dalam konsep sejarahnya, mantra asli (sebelum pengaruh
Islam terhadapnya) menggunakan bahasa Banjar asli pahuluan yang bila dibaca
sebagiannya dapat dimengeti sebagiannya tak dapat dipahami dikarenakan telah terjadi
perubahan bahasa lama dengan bahasa sekarang. Misal mantra makanan rempah
lombok agar lombok menjadi sangat pedas atau justru dapat dikurangi pedasnya;
wahai mamangan lumbuk, habanglah 3x ditiupkan di lombok maka lombok menjadi
sangat pedas.[5]
Bila ingin tidak pedas disebut,``wahai mamangan lumbuk, anumlah 3x. Bahasa ini
sebagian dimengerti misal kata lumbuk adalah lombok, habang berarti merah, anum
maksudnya muda. Sedangkan mamangan merupakan bahasa pahuluan yang ketika
ditanyakan pada orang-orang tua tak dapat dijelaskan. Kata mamangan juga
ditemukan pada mantra padi misalnya, ``wahai mamangan padi, bangun banualah. Mungkin mamangan adalah
nama (ngaran) untuk semangat suatu jenis makanan.
Mantra lain untuk tujuan pada wanita
sangat banyak sekali. Antara
lain seperti berbunyi : Pas ku limpas mata tadung merah matanya, pas aku malimpas
begantung di urang-urangan matanya.[6] Pas kulimpas maknanya
berpapasan, melewati sesuatu. Mata tadung merah, tadung bermakna tutup. Mungkin
maksudnya yang tertutup hatinya. Urang-urang adalah terbayang-bayang. Sebaliknya
ada pula mantra dari perempuan kepada lelaki agar perempuan itu tidak
ditinggalkan seperti berbunyi : Ila putih siraum pandak Bagaimanapun rasamu
berasa pendek, Siputih kada bakahandak punyamu tidak berkehendak. Kalau kada
nang ampunnya bila bukan Yang Kuasa. Makna ila mungkin kepada. Siraum pandak
tidak diketahui maknanya. Berasa maknanya terasa. Selanjutnya dalam hal pengobatan
misalnya untuk menolak racun atau mengobati racun seperti
Hai sangiang baruhuk
Ikam jangan handak mamangsa lawan
Kamu jangan hendak membinasakan diaku
Aku tahu asal kejadian ikam
Anak raja baruntik
Sangiang garahak
Sangiang garuhuk
Garahak, garuhuk
Hai sangiang baruhuk Hai sangiang baruhuk
Bajauh ikam Menjauh
Jangan paraki anak Adam
Ikam kusumpahi
Kalimat mantra di atas tidak diketahui mana
asalnya. Makna tertentu juga sulit ditemukan dalam bahasa Banjar. Hanya
sebagian diketahui. Kata singiang, baruhuk, barahak, garahak tidak diketahui.
Mungkin dimaksud nama suatu penyakit.
2. Kekuatan Roh
Salah
satu bagian yang penting dalam tradisi kampung, seperti yang ditemui atas
beberapa orang tokoh masyarakat yang dianggap memiliki tuah (biasa dipanggil
suhu; semacam guru ilmu) baik di kota Banjarmasin maupun di sepanjang Banua
Lima- Banua lawas, bahwa roh manusia yang sudah mati dapat datang ke setiap
orang. Apalagi jika roh itu adalah seorang Balian (sebutan semacam pertapa).
Mereka dapat membuktikan dengan cara memanggilnya. Keyakinan ini jelas
merupakan peninggalan teologi agama Kaharingan yang merupakan agama masyarakat
Banjar Lama sebelum kedatangan Islam di daerah ini.
Unsur kepercayaan
tersebut sangat berhubungan dengan adanya bukti kesurupan. Baik kesurupan yang
sifatnya terkendali yang dilakukan sendiri oleh seorang suhu ataupun kesurupan
yang tak terkendali yang datang tiba-tiba pada seseorang. Biasanya yang paling
sering kesurupan adalah kaum wanita. Dan tatuha kampung biasanya menyarankan
pada keluarga wanita kesurupan tersebut untuk menyediakan sesaji seperti
lakatan, bubur habang (merah) dan bubur putih, rokok dan kopi. Pihak keluarga
wanita kesurupan akan menyediakan semua sesaji tersebut agar wanita itu sembuh
dari kesurupan. Lazimnya setelah sesaji disediakan, si wanita itu berhenti dari
kesurupannya. Kadang untuk mengadakan acara pesta perkawinan, pihak keluarga
wanita telah menyediakan sesaji di bawah tempat duduk pengantin. Menurut
kepercayaan mereka, dengan cara itu maka si wanita tidak akan kesurupan.
Hampir sulit dipahami,
kejadian kesurupan biasanya yang paling terbanyak adalah keluarga yang mengaku
dari turunan Daha Amuntai (Kerajaan Hindu sebelum Kesultanan Banjar). Meski ditemukan kejadian
kesurupan terjadi pada wanita yang bukan keturunan Daha Amuntai.
Kesurupan hingga sekarang
masih merupakan penomena yang unik dalam kultur masyarakat Banjar. Tatuha
(orang tua) kampunglah biasanya yang dijadikan tempat berobat dari kasurupan
(kesurupan) terutama yang dipandang memiliki tuah (kekuatan gaib).
Sebenarnya dalam teologi
Banjar asli, alam seperti pepohonan, batu dan gua-gua tertentu memiliki
kekuatan. Jika
suatu benda telah dimasuki kekuatan roh tertentu maka benda itu akan memiliki
tuahnya. Terlebih bila ia telah dipuja. Peninggalan benda-benda tersebut masih
dijumpai dalam masyarakat Banjar seperti keris, batu, minyak yang dijadikan
sumber kekuatan mereka. Jadi ada dua keyakinan teologi Banjar lama dalam
masalah ini yaitu suatu benda yang telah sedia kala ada rohnya (ada
penunggunya) dan benda-benda yang semula tidak ada rohnya lalu kemudian dengan
acara tertentu benda tersebut kemudian ada rohnya. Baik yang pertama maupun
yang kedua dijadikan alat kekuatan dan tuah bagi pemakainya. Bisa di bidang
pengobatan, kesaktian maupun untuk keperluan harian seperti berkebun, berburu,
menanam padi, dll.
3. Mandi Kekebalan, Penghalat dan
Kecintaan
Mandi yakni menyirami seluruh badan dengan air yang telah
dimanterakan atau dibacakan oleh seseorang (guru, suhu, seorang yang dipercaya
mempunyai kemampuan untuk itu). Umumnya diklasifikasi
dalam tiga motivasi yakni
a.
mandi untuk
kekebalan dari senjata tajam atau pukulan benda keras.
b.
mandi untuk
penghalat (pelindung-perisai) dari gangguan nafsu jahat manusia dan kekuatan
halus (parangmaya, teluh).
c.
mandi untuk
tujuan kecintaan agar selalu disukai orang, agar termagis pikiran dan
penglihatannya tertuju kepadanya untuk mencintainya.
Untuk mandi kekebalan
dan mandi penghalat biasanya disertakan medianya ketika mandi berupa alat-alat
tertentu yang menjadi lawannya. Untuk kekebalan seperti menginjak atau
menduduki pisau. Adapun mandi penghalat hanya menggunakan sarung biasa dan
tempat duduk kain kuning. Sebagian tidak menggunakan kain kuning. Sedangkan mandi
kecintaan tidak disyaratkan dengan cara demikian. Acara mandi juga biasanya
disertakan dengan upacara selamatan kecil-kecilan dengan hidangan wajibnya yang
umum adalah berupa telur beberapa butir, nasi ketan (lamang), kopi, di samping
menyediakan kain warna tertentu seperti warna kuning, putih, atau hitam berupa
kain yang tidak pernah dipakai (baru).
Cara inilah
yang sering ditemukan dalam praktek sebagaimana dituturkan beberapa orang yang
ditemui dan ikut melakukannya. Sudah dapat dipastikan, acara mandi selalu menggunakan
media seperti di atas tidak lepas dari teologi lama kahariangan yang
mempercayai adanya kekuatan roh yang baik untuk melindungi dan mempengaruhi
kemampuan seseorang.
4. Minyak Buluh Malarindu
Dalam
masyarakat Banjar dikenal istilah minyak buluh malarindu (mahabbah). Buluh
berarti kekuatan. Malarindu maksudnya pokok kecintaan dan keinginan. Minyak ini
sangat unik dan sulit didapatkan. Namun dipercaya sangat mujarab bila
disentuhkan pada wanita yang dikehendaki maka wanita itu akan tergila-gila pada
lelaki itu. Berdasarkan penuturan mereka
yang pernah melihat, minyak tersebut berada dalam botol ukuran yang sangat
kecil. Ia akan bertambah kadar jumlahnya jika dibuat acara khusus pujaan
terhadapnya. Minimal dengan cara merabunnya (dibakarkan kemenyan; dupa). Di
daerah pedalaman Kalimantan Selatan misih ditemukan minyak tersebut.
5. Menelan Benda Minyak Magis
Dalam
praktek masyarakat suku Banjar minyak magis hingga sekarang daerah seperti
Rantau, Kandangan, Laksado, Barabai hingga Amuntai adalah daerah sentra minyak
magis untuk berbagai keperluan. Benda minyak magis yang ditemukan dalam
masyarakat Banjar selain untuk kecintaan adalah minyak yang diuntal (ditelan
lewat mulut). Biasanya bercampur dengan kapas berbalut, rasanya amis, bau
menyengat. Minyak tersebut dianggap siapa yang menelannya akan menjadi berlinuh
(sakti), kebal senjata, tahan di pukul atau lainnya. Maka dengan cara menelan
benda-benda tertentu (minyak magis) yang bermacam bentuknya seperti kapas
yang berminyak, botol yang ukurannya sangat kecil, tembakau tertentu berbentuk
seperti bulu, kulit dalam ukuran kecil-kepompong, berbentuk cairan yang agak
lekat, dlsb yang sudah dimantrai atau ada acara khusus padanya.
Benda-benda
tersebut di dapat dari alam ; tetumbuhan, tunas tanaman atau akar, yang
kemudian dicampur dengan benda-benda lain hingga dilampahkan atau
dimanterakan dengan acara Kaharingan atau adat pedalaman Kalimantan; Banjar.
Sebagian benda tersebut terlihat seperti hidup, misalnya kapas berminyak yang
disimpan dalam botol tidak mau kering walaupun bendanya sedikit demi sedikit
selalu diambil. Pemeliharaannya dengan cara tertentu seperti perabunan (diasapi
dengan alat perapen). Sedangkan benda tersebut dimasyarakat kita lebih dikenal
dengan sebutan minyak yang ditelan (untalan : bhs banjar). Dalam masyarakat
kita, minyak-minyak tersebut mempunyai nama dan khasiat masing-masing seperti minyak
gajah, gangsa, bintang, tempekong, kuyang, cancang seluang, hantu, bulu
mariaban, timah, pandawa, raksa (baca:rasa), gerangsang, semar, rangka hirang,dlsb.
Ada yang ditelan dan ada yang disapuhkan pada tubuh.
Penulis
mencatat beberapa nama dari minyak itu bersumber dari penuturan seorang suhu di
Kalimantan Selatan, antara lain sebagai berikut:
a.
Minyak (untalan) Gajah adalah untuk kekebalan terhadap senjata keras dan
besar (berat) dan menggetarkan musuh.
b.
Minyak (untalan) Cancang Saluang, adalah kekebalan yang tahan dari bacokan
senjata meski berulang-ulang dan bersama-sama.
c.
Minyak (untalan) Rangka Hirang untuk kebal senjata apapun.
d.
Minyak (untalan) Hantu adalah minyak untuk kekebalan dan keberanian serta
mempertakuti lawan.
e.
Minyak (untalan) Tempekong adalah untuk kegesitan dan kekebalan.
f.
Minyak (untalan) Gangsa adalah untuk kekebalan dan keberanian,
kepahlawanan.
g.
Minyak (untalan) Semar agar kuat dan kebal senjata tajam.
h.
Minyak (untalan) Gransang adalah khusus untuk keberanian.
i.
Minyak (untalan) Timah (warnanya seperti perak) agar kebal dari peluru
j.
Minyak (untalan) Rasa adalah untuk kekebalan
k.
Minyak (untalan) Penyambung Nyawa agar tubuh yang luka akibat bacokan
tersambung kembali, akibat kecelakaan, operasi akan menyembuhkan sendiri dengan
cepat.
l.
Minyak (untalan) Bintang adalah penyangga kematian. Seseorang yang telah
ditusuk, di bacok senjata hingga dianggap mati atau tak mungkin hidup akan
hidup kembali pada malam hari bila telah ada bintang di langit.
m.
Minyak (untalan) Pandawa agar pukulan keras dan kebal senjata tajam.
n.
Minyak (untalan) Wayang, agar cepat mempengaruhi orang dan jika berkelahi
akan menggentarkan musuh.
o.
Minyak (untalan) tembakau yang telah dimantrai untuk kekebalan.
6. Kulit Magis
Ada
dua jenis yang penulis teliti di lapangan yaitu kulit kijang putih dan kulit
kepompong. Keduanya untuk kekebalan. Pada kulit kijang putih adalah berasal
dari kijang (rusa) berwarna putih. Ia kebal senjata sehingga binatang ini tak
dapat ditembus peluru maupun oleh bacokan pedang. Cara mematikannya hanya
dengan cara membuat jebakan di dasar tanah hingga ia mati sendiri karena tak
beroleh makanan. Dari kulitnya diambil dengan cara tertentu hanya mampu di
potong. Kemudian kulitnya itulah dibagi dalam beberapa potongan kecil (seukuran
1 cm persegi) dijadikan zimat untuk kekebalan dari peluru dan senjata tajam.
Benda ini sekarang juga langka karena tak ada lagi barang yang bersifat baru.
Hanya peninggalan orang dulu, pahuluan. Harganya sangat mahal hingga milyaran
rupiah dan jadi koleksi orang tertentu. Biasanya uji cobanya diletakkan pada
ayam kemudian ayam itu ditembak dengan senapan atau pistol asli. Bila ayam itu
tidak mati atau tidak mau terkena tubuhnya oleh peluru meskipun ditembak dengan
cara yang sangat dekat maka benda itu dianggap asli oleh orang yang mencarinya.
Jenis
kedua adalah kepompong kupu-kupu yang telah dimantrai dan cara mengambil benda
tersebut sesuai prosedurnya seperti harus mendekati benda kepompong tersebut
dengan cara membelakangi sedikit demi sedikit. Benda ini akan di telah
(diuntal). Maka yang bersangkutan akan kebal.
7. Pasak Tubuh
Ada dua
jenis pasak (semacam dilekatkan pada bawah kulit), hampir sama dengan istilah
susuk yaitu untuk jenis kekebalan dan untuk jenis kecintaan. Pada jenis
kekebalan biasanya dua macam, sbb :
- Pasak Bulu Mariaban. Menurut penuturan ahlinya, bulu Mariaban diambil dari Hantu (Jin) yang bernama Mariaban. Bulu ini sangat sulit di dapat karena harus melewati pertapaan khusus untuknya dengan berbagai sesaji. Hantu itu akan memberikan bulunya kepada orang yang melakukannya. Bila orang tersebut memasukkan bulu itu ke dalam perutnya maka jadilah sakti hanya selamanya tidak bisa lagi di buang di belakang hari. Maka biasanya orang hanya meletakkannya pada kulit tubuhnya dengan istilah pasak bulu Mariaban. Kesaktian yang diperoleh adalah kebal segala senjata, musuh akan takut dan takluk. Lebih kuat dari kebanyakan minyak untalan lainnya. Hanya benda ini sangat sulit di dapat.
- Pasak Wasi Kuning. Menurut penuturan ahlinya, bendanya sangat kecil seperti separoh beras biasa. Warnanya agak kekuningan. Di dapat dari sarang Tabuan (semacam wanyi besar yang bila menggigit manusia memungkinkan kematian) yang bersarang di tanah. Tidak semua sarang Tabuan yang ditemukan ada benda tersebut. Jadi diperlukan ahlinya untuk mendapatkannya. Sekarang ini sulit di dapat dan masuk dalam katagori benda yang diperebutkan oleh kalangan tertentu. Bahkan jika asli harganya sangat mahal dalam jumlah milyaran rupiah. Biasanya uji cobanya diletakkan pada ayam kemudian ayam itu ditembak dengan senapan atau pistol asli. Bila ayam itu tidak mati atau tidak mau terkena tubuhnya oleh peluru meskipun ditembak dengan cara yang sangat dekat maka benda itu dianggap asli oleh orang yang mencarinya.
Jenis kedua
adalah pasak untuk kecintaan. Ini sangat mirip dengan apa yang disebut dengan
tusuk. penggunaan tusuk tertentu (memasukkan benda yang sangat kecil ke bagian
badan-kulit atau di wajah) ataupun hanya dengan cara menyapuhkannya, cairan
tersebut masuk dengan sendirinya ke dalam tubuh. Bagi yang memakainya dianggap
akan melahirkan pancaran kecantikan bagi setiap orang yang melihatnya. Biasa
digunakan oleh wanita.
8. Mitologi Kekuatan Perhitungan
Sulit dipercaya jika suatu nasib manusia dapat diperhitungkan dengan angka-angka. Nama hari dianggap dan dipercayai memiliki keadaan yang sangat berhubungan dengan nasib seseorang. Untuk itu, bila seseorang ingin beruntung, ia harus menghitung secara hitungan ilmu ini, apakah hari itu dan pada jam itu menguntungkannya ataukah justru bernasib buruk baginya.
Dari perhitungan tersebut dilakukan berbagai keperluan misalnya memberi nama anak, kapan waktu mulai berkebun, pabila waktu yang tepat mulai berusaha atau berdagang, kapan akan pindah tempat. menghitung nama untuk perjodohan, perkawinan, hari waktu tanggal perkawinan. Di bawah ini ada beberapa mitologi kekuatan perhitungan yang ada dalam masyarakat Banjar yang hingga kini oleh sebagian masyarakat Banjar masih diyakini, sbb :
a. Aksara nama
Setiap seseorang diyakini memiliki hari sial dan hari keberuntungan sesuai petunjuk dalam tulisan kotak-kotak angka. Dalam prakteknya, persoalan perjodohan antara nama laki-laki dengan nama perempuan sering dihitung. Bahkan sering terjadi seorang laki-laki yang cocok dan ingin kawin dengan seorang perempuan yang dipilihnya hingga akan melangsungkan perkawinannya dicegah oleh pihak salah satu keluarga, hanya sebab nama-nama mereka telah dihitung ternyata tidak saling bersesuian. Artinya kehidupan keluarga mereka nantinya dipercayai tidak akan menemukan kebahagiaan. Suatu nama dihitung berdasarkan angka-angka dalam rumus kotak yang di dalamnya ada angka.
Penulis tak dapat memahami mengapa angka itu ada dalam setiap nama. Sebut saja misalnya nama Anang berjumlah 15 lalu nama Afip adalah 17. nama wanita seperti Bayah adalah 5. kepercayaan ini nantinya terus berkembang hingga pengaruh Islam datang. Terbukti mulai menggunakan angka arab. Biasanya suatu nama dapat berarti menguntungkan atau sebaliknya. Misalnya nama seorang Zainal = Zai, Nun, Alif, dan Lam, dihitung huruf Zai dalam angka … huruf Nun … jumlah angkanya dan sebagainya.
b. Mitologi
Angka Mekanik dan Plat
Suatu
kepercayaan terhadap nomor dan plat sepeda motor atau mobil yang di dalamnya
diberi tangguh, dihitung di mana pada angka-angka tertentu dipercaya membawa
kesialan dan angka-angka yang lain membawa keberuntungan. Biasanya untuk
mengetahui baik atau tidaknya (berarti membawa keberuntungan kepada si pemakai
atau sebaliknya) diupayakan untuk menemui seseorang yang ahli memprediksinya
(menangguhkan). Tidak diketahui dari mana ia dapat menentukannya. Tetapi dengan
melihat angka pada plat suatu kendaraan ia dapat mengatakan apakah sial atau
membawa keberuntungan. Terlebih sangat diminati jika untuk keperluan usaha.
c.
Mitologi Hari dan Bulan
Hitungan
Bajau (mungkin pengaruh Sulawesi) namun dalam bahasa Banjar asli, bahitungan. Caranya mirip dengan hitungan Bajau
sehingga popular disebut dengan hitungan Bajau. Yaitu untuk menentukan waktu,
hari dan jam sial dan beruntungnya seseorang. Dengan hanya membaca 7 hari dalam
seminggu tertera di dalamnya sebutan sial dan beruntung.
Masukya
Islam dalam masyarakat Banjar telah berubah menjadi angka arab. Hari-hari
tertentu dan bulan tertentu dianggap mempunyai nilai keramat. Hari Senin, Kamis
dan Jum’at dianggap hari yang sangat keramat. Bulan Safar dianggap bulan yang
sering terjadi tindak kekerasan, karenanya pada bulan itu tidak baik memulai
usaha, bulan Rajab dianggap sangat baik untuk melangsungkan perkawinan. Anehnya
dalam masyarakat telah membeda-bedakannya bahkan pada hari tertentu dianggap
membawa keberuntungan seseorang dan pada hari tertentu pula akan merugikan
seseorang percaya seperti ini termasuk telah berbuat syirik karena meletakkan
kekuasaan kepada waktu dan hari.
.
9. Mitologi Pertukangan
Termasuk dalam kategori ini yang hingga sekarang
melekat dalam sebagian masyarakat Banjar adalah mempercayai tentang adanya
alat-alat pertukangan mengandung kekuatan magis seperti bagian ujung kampak
(patahannya) juga pahat bila dibiarkan berada dalam rumah akan mengundang tamu
makhluk ghaib datang dan akan mengganggu rumah. Termasuk pula kepercayaan bahwa
rumah yang secara keseluruhan berbahan ulin, rumah tersebut dianggap selalu
mendatangkan (menjadi penyebab) pertengkaran bagi ahli rumah tersebut. Tegasnya
apapun juga yang berkaitan dengan masalah ini seperti memasang penyangga rumah,
dll harus dengan cara tertentu yang tidak ada hubungannya dengan kesesuaian
rasio, termasuk letak pintu dan jendela yang kesemuanya merupakan kepercayaan
bahari orang Banjar Pahuluan.
10. Mitologi Menempati Rumah
Baru dan Membeli Barang Baru
Biasanya
orang dalam menempati rumah baru diadakan terlebih dahulu dengan upacara
menyediakan makanan 7 macam atau 41 macam, atau memasang tiang pada
subuh hari, diletakkan pada ujung tiang lampu penerangan seperti lilin dan
lampu berminyak serta memulainya menempati pada hari dan bulan tertentu.
Pengaruh
datangnya Islam di tempat ini menjadikan acara tersebut berubah menjadi upacara
selamatan bangun rumah ataupun menempati rumah. Namun sebagian masyarakat Banjar
masih mencampurkan selamatan tersebut dengan menyediakan makanan 7 macam atau
41 macam. Mereka juga masih memasang tiang rumah harus pada subuh hari,
diletakkan pada ujung tiang lampu penerangan seperti lilin dan lampu berminyak serta
memulainya menempati pada hari dan bulan tertentu.
11. Mitologi Kekuatan Tapung
Tawar
Dalam
masyarakat juga umumnya terbiasa, apabila mereka membeli barang baru, seperti
mobil atau sepeda motor, alat-alat berat lainnya agar tidak membawa celaka dan membawa
keberuntungan biasanya diadakan upacara “tapung tawar” dan penyiraman air
kembang. Penulis tak menemukan apa maksud dari tapung. Namun pengertian tawar
adalah sesuatu penyakit atau musibah menjadi sia-sia, tak berfaidah.
Tapung Tawar
adalah tradisi lama dalam masyarakat Banjar. Tapung tawar adalah melakukan
penyiraman dengan daun yang sudah digulung yang dikibaskan pada suatu benda,
manusia atau yang dituju supaya terhindar musibah. Yang dikibaskan pada daun
itu adalah air bercampur rempah tertentu. Pada benda seperti kendaraan baru
atau rumah biasanya diakhir dengan meletakkan kembang tertentu yang hingga
sekarang banyak kembang tersebut di jual di pasar.
12. Mitologi Kekuatan pada Tumbuhan
dan Hewan
Tunas pohon
kelapa biasanya ditanami oleh ahli rumah yang sedang melangsungkan pernikahan
anaknya dan pengantin disuruh memelihara pohon tersebut yang apabila dapat
tumbuh subur menandakan kehidupan mereka akan bahagia dan sebaliknya. Biasanya
juga disyaratkan bagi pelamar untuk membawanya guna ditanam di tempat calon
mempelai perempuan.
Selain itu tanaman tertentu seperti pohon beringin,
jingah, dan gayam dianggap pohon yang bisa mendatangkan makhluk ghaib karena
disekitar itulah orang sering melakukan permintaan-permintaan. Seperti pula
anggapan bahwa hewan tertentu dapat membawa keberuntungan dan dapat menjadi
penyebab bencana. Misalnya menabrak kucing, alamat akan terjadi petaka besar,
membunuh ular di malam hari akan terjadi kesialan. Memelihara binatang seperti
kucing akan memudahkan ahli rumah memperoleh rezeki.
13. Mitologi Kekuatan pada Mimpi Seseorang
Mimpi sering disebut
sebagai alamat pada seseorang. Terlebih bila diperoleh melewati suatu proses
sakral tertentu. Bagi masyarakat Banjar Pahuluan, para Balian banyak
mengandalkan mimpi sebagai petunjuk untuk keperluan mereka maupun untuk tujuan
perolehan kekuatan. Sementara di masyarakat Banjar, mimpi juga sering untuk meramalkan
dan mengisyaratkan keadaan seseorang. Seperti bermimpi bertemu ular berarti
dekatnya perjodohan, bertemu buaya berarti dekatnya malapetaka, bermimpi sakit
gigi berarti kelurga dekat yang sedang sakit, bermimpi bayi menangis berarti
ada orang yang ingin berbuat jahat.
14. Mitologi Mandi 7 Bulan Masa Hamil
Acara ini biasanya
diiringi dengan menginjak telur oleh ibu hamil sedangkan suami berjalan
melangkah dari telur. Acara ini diiringi dengan menyediakan beberapa macam kue
wajib-7 macam dan sebagiannya 41 macam kue seperti kue cincin, kue lekatan
(ketan), kue wajig, kue apam putih dan kuning, kue kelelapon, kue kembang
goyang. Semua acara ini dimaksudkan untuk keselamatan si jabang bayi dalam
kandungan.
Datangnya pengaruh
Islam pada acara ini ditandai dengan pembacaan doa-doa yang dikenal dengan doa
keselamatan, doa halarat.
15. Mitologi Tempat Keramat
Pada masyarakat Banjar lama, tempat keramat adalah pada gua
khusus dan pohon-pohon besar yang umurnya ratusan tahun serta kubur orang
tatuha kampung yang dianggap punya kekuatan. Kepercayaan orang bahari (orang
dulu) bahwa seorang yang sakti dapat membantu keperluan orang yang berhajat di
tempat itu. Tempat seperti ini kadang dijadikan lampah bagi mereka yang ingin
mewarisi suatu ilmu pada orang saktu tersebut. Dalam kepercayaan yang masih
tertinggal hingga sekarang pada daerah Pahuluan masih ditemukan budaya nyalin
(salin) ilmu melewati tubuh mayit orang yang telah lama meninggal.
16. Mitologi Benda-Benda Keramat
Benda lama yang bertuah
seperti batu, keris, mandau, dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat
membentengi diri secara ghaib. Uniknya sekarang benda-benda ini diburu hingga
kepedalaman kalimantan. Batu jilatan dipercaya membawa keberuntungan bagi rezki
seseorang. Keris yang sudah dilampah (dengan upacara khusus) sekian waktu akan
dapat melukai tubuh orang yang kebal senjata. Dipercaya pula untuk kharismatik.
Demikian halnya dengan Mandau, dipercaya sebagai ganggaman (pegangan)
orang-orang dulu untuk melindungi diri dari bermacam bahaya. Baik yang terlihat
maupun yang tersembunyi (halus;banjar).
17. Mitologi Penyakit
Hingga sekarang, sebagian masyarakat Banjar masih
mempercayai bahwa anak yang selalu sering sakit-sakitan haruslah digantikan
namanya dengan nama lain. Biasanya orang akan menanyakan hitungan nama anaknya
kepada seorang ahli agar anaknya tidak sakit lagi dengan menggantikan namanya
yang lain. Sebagian besar dianggap penyakit datang karena adanya kekuatan alam
bawah yang bisa melewati angin, waktu tertentu. Sebagian mereka meyakini adanya
orang yang membuang atau melepas wisa (penyakit) dari suatu minyak tertentu.
Menurut kepercayaan mereka, hal itu mengakibatkan timbulnya penyakit aneh pada
diri seseorang yang sulit disembuhkan.
C. Pengaruh
Islam Terhadap Mitologi Kekuatan Masyarakat Banjar Lama
Masuknya Islam dalam
masyrakat Banjar terutama sejak kesultanan Banjar telah berdiri. Islam masuk di
Kal-Sel terjadi pada suku Banjar di mulai dengan masuk Islamnya Raja Banjar
Pangeran Samudera bergelar Sultan Suriansyah
(24
September 1526/6 Zulhijjah 932 H). Selanjutnya keturunan
kerajaan / kesultanan Banjar dan masyarakat Banjar hingga sekarang beragama
Islam. Agama Islam telah lama menjadi ciri masyarakat Banjar dan Islam menjadi
agama mayoritas di mana 98 % pendudukanya beragama Islam (Alfani Daud, 1997, h.
5).
Masuk dan berkembangnya
Islam dalam masyarakat Banjar mempengaruhi mitologi masyarakat Banjar. Dengan
kata lain, terjadi dekonstruksi Islam atas Teologi Kultur Masyarakat Banjar
lama. Meskipun pergumulan kepercayaan antara Islam dan adat lokal hingga
sekarang masih saling mempengaruhi. Ada tiga aktivitas yang terjadi dalam
masyarakat ini yang berkait dengan masalah kepercayaan dan mitologi, sbb :
1.
aktivitas pengaruh Islam yang murni
2.
aktivitas pengaruh Islam santri
3.
aktivitas pengaruh mitologi asli masyarakat
Banjar.
Aktivitas pengaruh Islam
murni terhadap masyarakat Banjar mengakibatkan bagi masyarakat yang percaya,
tunduk patuh pada Islam dari kalangan orang Banjar akan meninggalkan semua
kepercayaan masyarakat Banjar Lama sebagai nenek moyang mereka. Kelompok
masyarakat ini telah ada dan sering komplik pemikiran dengan masyarakat adat
atau orang-orang Banjar yang masih meyakini kepercayaan lokal nenek moyang
mereka sekalipun mereka sudah beragama Islam.
Dalam konteks Islam murni
sebagai sebuah kepercayaan baru dalam masyarakat Banjar bahwa segala mitologi
kekuatan yang ada pada peninggalan nenek moyang Banjar adalah syirik dan
bertentangan dengan agama. Oleh karenanya mereka berpendapat semua tradisi
kepercayaan tersebut harus dihilangkan dalam masyarakat Banjar.
Bagian kedua adalah aktivitas Islam Santri yang
dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah yang berwajah Islam mempengaruhi sisitem
kepercayaan masyarakat Banjar. Upaya ini sebenarnya merupakan dekonstruksi
Islam atas Teologi Kultur Masyarakat Banjar lama, antara lain, sbb :
1.
Mengganti mantra lisan atau merubahnya menjadi
mantra lisan dengan menyebut nama Allah swt sebagai Tuhan yang Maha Kuasa. misalnya
Bismillahirrahmaanir rahiim, Allah Yg Berdiri, Muhammad Yg Berduduk, Tunduk
Kasih Sayang…(sebut nama orang tadi) Berkat Do’a Ku Laa Ilahailallah
Muhammadurrasulullah. kemudian kedua telapak tangan diusapkan ke wajah.
Atau seperti mantra untuk mempermudah persalinan Bismillahirrahmanirrahim/Nun
kalamun walayar turun/Insya Allah inya ilang aritan/Inya turun/brakat La Ilaha
Ilallah Muhammadurrasulullah.
2.
Menggunakan ruqyah keagamaan dengan bacaan lafal
Al Qur`an dan doa-doa
3.
Acara bamandi-mandi, upacara adat dimasukkan
lafal-lafal doa pengganti mantra.
4.
Acara Tapung Tawar dan Kembang tetap dijaga tetapi
lapal bacaan telah berganti dari mantra dengan doa-doa keagamaan.
5.
Minyak (untalan) diganti dengan kurma arab yang
telah dirajah untuk kekebalan dari senjata dan keselamatan. Ada pula
menggantinya dengan minuman air putih yang telah dibacakan. Dan ditemukan pula
dalam masyarakat muslim Banjar dengan menggantinya merajah tubuh (menuliskan
tinta ja`far ke tubuh) agar kebal dari senjata dan untuk keselamatan.
6.
Pengadaan Zimat dengan tulisan arab, lafal al
Qur`an maupun doa bergantung keperluan.
7.
Menawar racun, wisa dari mantra diganti dengan air
putih yang telah didoakan. Sesuai keperluan seperti menghilangkan racun, wisa,
sifat nakal pada anak, akhlak
tercela, kebodohan, gelisah, sakit, was-was, untuk merukunkan rumah tangga,
dll.
8.
Tempat kramat yang dulu adalah gua dan kubur
balian diganti dengan makam kubur para wali dan mesjid bersejarah.
9.
Menghitung nama keberuntungan dan kesialan dengan
angka arab, demikian pula menghitung nama seseorang. Misalnya huruf mim
diangkakan 9 dst.
10. Pemanggilan
roh sebagai dasar kekuatan dan kesaktian diganti dengan acara tawasulan pada
syekh- wali-wali yang telah dianggap keramat.
11. Pemimpim
kekuatan spritual masyarakat dulu adalah tatuha kampung tergantikan dengan
keulamaan sebagai tempat pengaduan dan perlindungan dalam berbagai masalah.
D. Penutup
Sudah 6 (enam) abad Islam
dalam masyarakat Banjar yang pada kenyataannya meskipun teologi Islam
mempengaruhi hingga ke dasar keyakinan masyarakat ini, namun masih ditemukan
adanya percampuran teologi atau kepercayaan. Tidak menutup kemungkinan bahwa
gerakan Islam Murni tidak begitu mendapat simpati dari masyarakat ketimbang
gerakan Islam budaya yang berwajah Timur Tengah. Gerakan ini sangat dominan
dalam masyarakat Banjar sekarang. Meskipun dalam bagian tertentu mereka gagal
untuk menciptakan Islam dalam arti murni.
Meskipun demikan,
beberapa catatan yang dapat diketengahkan atas praktek keagamaan dalam
mempengaruhi mitologi kekuatan masyarakat Banjar lama sangatlah berhasil.
Bahkan bisa dikatakan telah menjadi mitologi kekuatan baru yangbercorak atau
berwarna Islam. Antara lain, sbb :
1. Meminum Air Yang Telah
Dibacakan
Aktivitas
menggunakan air yang telah dibacakan seorang Tuan Guru atau orang alim
sangatlah diyakini oleh masyarakat Banjar hingga sekarang. Salah satu dasar
yang mereka yakini dalam Islam adalah apa yang mereka peroleh dari Al Qur`an
maupun hadis. Misalnya sbb :
Abu Said Al Khudri mengisahkan bahwa telah
berjalan segolongan sahabat dalam suatu safar, mereka singgah di sebuah
perkampungan dan mereka diminta dijamu. Penduduk kampung tersebut menolak
(menjauhi) karena ternyata kepala desa tersebut sedang sakit keras akibat
diserang binatang berbisa. Bermacam obat telah mereka usahakan tetapi tidak ada
yang memberi hasil. Salah seorang dari mereka menghendaki agar di antara mereka
mendatangi para tamu / jamaah para sahabat. Merekapun mendatangi para sahabat
dan berkata, “karena kami ditolak dijamui, maka kami tidak akan mengusahakan
menolong kecuali diupah”, mereka berjanji akan memberi sejumlah domba dan
kambing. Maka pergilah bersama mereka seorang sahabat untuk mengobatinya dengan
bacaan do’a-do’a yang makbul. Maka dengan izin Allah SWT kepala kampung
tersebut tidak berapa lama sembuh dari sakitnya, upah telah mereka terima.
Sahabat yang lain meminta agar upah tersebut dibagi-bagi di antara mereka.
Sahabat yang menerima upah ini menganjurkan untuk pergi menemui Nabi Muhammad
untuk menceritakan (apakah halal atau tidak). Merekapun pergi menemui Nabi
Muhammad saw. Dan Nabi berkata, “Telah benar perbuatanmu, bagilah sekarang dan
berilah kepadaku sedikit darinya, hingga Nabi Muhammad saw terlihat
tersenyum”.(HR. Bukhari Muslim)[7]
Abu Ubaid
dari Talhah Ibn Musrif mengatakan bahwa membaca Al Qur’an ketika sakit dapat
menyembuhkan. Ibn Thaimiah mengatakan bahwa apabila sebagian lafal mempunyai
beberapa khasiat maka Al Fatihah lah surah yang tiada bandingnya. Al Qurtubi
berkata, “dibolehkan Ruqiyah / membacakan dengan kalamullah (Al Qur’an) dan
lafal atas nama-nama Tuhan. Jika dengan do’a-do’a yang diterima dari Nabi
Muhammad saw adalah lebih disukai lebih baik”. Kata Al Rabi, “aku menanyai
Safi’i tentang hal ruqiyah, maka kata beliau boleh dengan kalamullah dan
zikir-zikir yang diajarkan Nabi.
2. Rajah
Rajah bisa
disebut sebagai tradisi baru yang masuk karena Islam. Dengan rajah ini,
mitologi kekuatan Banjar Lama dapat digantikan. Segala bentuk untalan minyak
(yang ditelan) maupun tidak ditelan, segala pasak (susuk) maupun lainnya yang
umumnya untuk kekebalan dari senjata tajam, peluru, maupun kekuatan, perisai
dari teluh (parangmaya) dapat mereka gantikan dengan rajah. Mereka memahami
bahwa istilah rajah berasal dari kata ‘rojaha’ yang artinya menguatkan
atau mengokohkan atau membentengi. Biasanya dituliskan di tubuh atau di suatu
benda. Wujud tulisan beragam macam, dari tulisan simbol bintang,
huruf-huruf hingga ayatul Qur’an, Asmaul Husna, dll. Ibaratnya seperti zimat
yang dikhususkan langsung pada tubuh.
Imam Qurtuby
mengatakan bahwa dibolehkan ruqyah / rajah dengan kalamullah dan Asmaul Husna,
tetapi jika bertuliskan do’a-do’a yang diterima dari Nabi saw maka lebih
disukai.(Lih. Al Itqon h.2-166).
Bagi
aktivitas Islam murni, rajah ditentang karena melahirkan zimat baru yang dulu
berisi mantra sekarang berubah menjadi lafal doa, ayatul Qur`an dan asmaul
husna.
3. Zimat
Jika dulu
zimat dalam mitologi kekuatan Banjar lama adalah suatu benda atau tumbuhan yang
dianggap ampuh, dalam pengaruh aktivitas Islam santri digantikan dengan lafal
keagamaan sebagaimana ruqyah.
4. Mandi Rajah
Jika dulu
dalam mitologi kekuatan Banjar lama, mandi dibacakan mantra, maka mandi bagi
aktivitas Islam santri adalah mandi rajah.
Empat
komponen tersebut aktivitas santri Islam tersebut hampir menghilangkan mitologi
kekuatan peninggalan masyarakat Banjar lama. Al hasil sebagai dekonstruksi
Islam atas Teologi Kultur Masyarakat Banjar lama. Meskipun, entah bagaimana
ditemukan masih adanya kepercayaan lama dalam masyarakat Banjar. Namun sifatnya
hanya berkembang di kalangan mereka yang jauh dari pengetahuan keagamaan Islam.
Terlepas
dari benar atas salah dalam konteks teologi Islam, maka pengaruh Islam sudah
sangat mendasar dalam teologi. Sebab suatu mitologi kekuatan pada suatu
masyarakat sangat sulit tergantikan kecuali dengan mitologi baru yang lebih
kuat dan dapat dibuktikan kemampuannya. Dalam konteks ini, aktivitas santri
Islam sudah mampu menggantikannya dengan cara tersendiri sehingga menjadi
tradisi baru bagi masyarakat Banjar Islam di wilayah ini.
Referensi :
1.
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar,
Rajawali Pers. Jakarta, 1997, h. 3
2.
Tim Haeda, Islam Banjar; Tentang Akar Kultural dan
Revitalisasi Citra Masyarakat Religius, Banjarmain, Lekstur, 2009, h. 76.
3.
Idwar Saleh, Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan
Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad ke-19, 1986 dalam Wikipedia..mht
4.
Anak Sultan, Mantra (Magic Word); Ilmu Tradisi
Suku Banjar, http:// kerajaanbanjar.wordpress.com/
2007/03/10/mantra-magic-word-ilmu-tradisi-suku-banjar/
5.
Info diperoleh dari orang yang bergelar kayi catur
di daerah pinggiran banjar kuala.
6.
Kiriman Sulthan Shahreeza Al-Banjary,31
maret 2010 dalam http://
kerajaanbanjar.
wordpress.com/2007/03/10/mantra-magic-word-ilmu-tradisi-suku-banjar/
7.
Imam Nawawi
dalam Al Azkar 61
Bacaan
Daud, Alfani., Islam dan
Masyarakat Banjar, Rajawali Pers. Jakarta, 1997.
Haris, Abdul., dkk, Pergeseran
Perilaku Politik Kultural Nahdlatul Ulama (NU) di Era Multi Partai Pasca Orde
Baru, Studi Kasus NU Jember, Jawa Timur,
STAIN Jember Jawa Timur
Ida, Lauda., NU Muda; Kaum Progresif Dan
Sekularisme Baru, Erlangga, Jakarta, 2004
Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpretasi
untuk Aksi, Mizan, Jakarta, 1993
Mudzhar, Atho'., Gerakan
Islam Liberal Di Indonesia, artikel Balitbang Depag.RI, Rabu, 12 Maret 2008
Madjid, Nurcholish. Islam, Kemoderenan dan
Keindonesiaan, Mizan, Jakarta, Cet.VI. 1994
----------------------, Islam Kerakyatan
dan Keindonesiaan, Mizan, Jakarta, 1993
----------------------, Islam Doktrin dan
Peradaban, Paramadina, Jakarta, 1992
Nawawi, al Imam, Al Azkar, Dar al Fikri, Cairo
(t.t).
Rais, Amin., Ed, Islam di Indonesia,
Rajawali Pers, Jakarta, 1986
Rahardjo, M. Dawan., Intelektual
Intelegensia dan Prilaku Politik Bangsa, Mizan, Jakarta, 1993
Saleh, Idwar, Sekilas Mengenai Daerah
Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad ke-19, 1986
Tim Haeda, Islam Banjar; Tentang Akar
Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius, Banjarmain, Lekstur, 2009
* Dosen Fakultas Syariah IAIN Antasari
Banjarmasin
[2] Tim Haeda, Islam Banjar; Tentang Akar
Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius, Banjarmain, Lekstur, 2009,
h. 76.
[3] Idwar Saleh, Sekilas Mengenai Daerah
Banjar dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir Abad ke-19, 1986 dalam
Wikipedia..mht
[4] Anak Sultan, Mantra (Magic Word); Ilmu
Tradisi Suku Banjar, http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/03/10/mantra-magic-word-ilmu-tradisi-suku-banjar/
[5] Info diperoleh dari orang yang bergelar
kayi catur di daerah pinggiran banjar kuala.
[6]Kiriman Sulthan Shahreeza Al-Banjary,31 maret 2010 dalam http:// kerajaanbanjar. wordpress.com/2007/03/10/mantra-magic-word-ilmu-tradisi-suku-banjar/
[7] Vide, Lih. Imam Nawawi dalam Al Azkar
61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar